Sejak kelas 3 SMP, aku sudah belajar Bahasa Inggris. Namun, baru pada
usia 18 tahun aku menjadi sangat tertarik pada bahasa universal ini.
Awalnya, sih, sangat sepele. Aku ingin bisa membaca novel Musashi,
karya Eiji Yoshikawa, hadiah tante, yang ditulis dalam Bahasa
Inggris. Aku pun ngotot belajar sendiri dengan cara membuka kamus dan
buku-buku tatabahasa. Dalam waktu satu tahun, aku sudah lancar
membaca dan berbicara Bahasa Inggris.
Perkenalanku pertama dengan proses balajar bahasa asing ini
membuatku ketagihan. Terlebih setelah mahir, aku baru menyadari,
ternyata menguasai bahasa asing amatlah menyenangkan.
Setahun kemudian, karena penasaran akan sebuah komik mengenai
Revolusi Prancis, aku mulai belajar Bahasa Prancis. Lagi-lagi, teman
setiaku adalah kamus dan buku tatabahasa. Tak lama setelah belajar,
aku mulai bisa membaca buku Le Miroir du Mort, tentang kisah Hercule
Poirot, karangan Agatha Christie. Sayangnya, kemampuan verbalku agak
terbatas. Pelafalan Bahasa Prancis, kan, susah sekali kalau hanya
dipelajari lewat buku dan kamus.
Kesukaanku pada bahasa terus berlanjut. Mulailah aku belajar Bahasa
spayol dan Italia Untuk bahasa prancis ini agak susah karena
keterbatasan literatur. Untuk mengakalinya, pada awalnya aku rajin
membaca label kosmetika impor, yang biasanya mencantumkan keterangan
produk dalam berbagai bahasa. Salah satu manfaat dari menguasai kedua
bahasa yang mirip dengan Bahasa Inggris dan Prancis ini, aku jadi
bisa menonton telenovela dengan mudah.
Gara-gara gandrung pada Andrea Bocelli, di usia 23 tahun aku
memutuskan untuk belajar Bahasa Italia / prancis. Aku penasaran sekali, ingin
tahu arti dari syair-syair lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi tenor
kondang ini. Dengan belajar dari lagu-lagunya, penguasaan Bahasa prancis ma
Italiaku jadi lebih cepat..terkadang sieeeeeeeee.....kwekwek...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar