Selasa, 27 Oktober 2009

linkungan sosial bdya.....

Komunitas

Kota adalah salah satu habitat manusia yang merupakan lingkungan alam yang telah berubah drastik menjadi lingkungan buatan, untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Batasan kota bervariasi tergantung dari sudut pandang pengamat.

Pola lokasi kota bervariasi karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhi. Sedangkan untuk struktur ruang kota, ada tiga pola ruang kota yaitu berupa lingkaran konsentris, pola sektor, dan pola inti ganda.

Memahami kehidupan dan lingkungan hidup kota tak ubahnya kita memahami jasad hidup, yaitu jasmani kota dan rohani kota. Jasmani kota ada yang berupa metabolisme kota, peredaran makanan atau darah kota, sistem syaraf kota, dan tulang-tulang struktur kota yang berupa infrastru

Sifat-sifat warganya yang heterogen, kompleks, hubungan sosial yang impersonal dan external, serta personal segmentation, karena begitu banyaknya peranan dan jenis pekerjaan seseorang dalam kelompoknya sehingga seringkali orang tidak kenal satu sama lain, seolah-olah seseorang menjadi asing dalam lingkungannya.

Kota mempunyai fungsi tertentu yang berbeda antara satu dengan kota lainnya. Perbedaan tersebut akan menghasilkan karakter tertentu pula bagi penduduknya. Terciptalah pula suatu masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sosial budaya yang berbeda dengan masyarakat di luarnya, antara satu kota dengan kota lainnya.

Populasi

Pengertian desa sebagai tempat permukiman sangat beragam tergantung dari kacamata pengamatnya, bisa ditinjau dari aspek morfologi, aspek jumlah penduduk, aspek ekonomi, dan aspek sosial budaya serta aspek hukum.

Masyarakat desa selalu dikonotasikan dengan ciri tradisional, kuatnya ikatan dengan alam, eratnya ikatan kelompok, guyup rukun, gotong royong, alon-alon asal kelakon, dan paternalistik.

Pada umumnya mata pencaharian penduduk di perdesaan adalah bercocok tanam atau bertani. Ada pekerjaan lain seperti bertukang, kerajinan atau pekerjaan lain, tetapi pekerjaan ini merupakan pekerjaan sambilan sebagai pengisi waktu luang.

Pembagian kerja di desa relatif sederhana bila dibandingkan dengan kota. Struktur sosial di kota mengenal diferensiasi yang luas sedangkan di perdesaan relatif sederhana. Di perdesaan orang lebih menghayati hidupnya, terutama pada kelompok primer dan berorientasi pada tradisi, serta cenderung konservatif.

Pola ruang desa-desa Indonesia cukup bervariasi tergantung dari di mana lokasi desa itu berada, yaitu: Pola Melingkar; Pola Mendatar; Pola Konsentris; Pola memanjang jalur sungai atau Jalan; Pola Mendatar; dan Pola Konsentris Desa di Jawa Timur.

MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP

Kedudukan Manusia dalam Lingkungan Hidup dan Dinamika Populasi

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang meliputi hubungan antara masing-masing individu; antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.

Melihat interaksi manusia dapat dilihat dalam dua tingkat (kacamata), yaitu tingkat hayati dan tingkat sosial atau budaya.

Interaksi sosial tidak akan terjadi bila tidak memenuhi dua syarat, yaitu: (1) Adanya kontak sosial (social-contact); (2) adanya komunikasi (communications). Dan menurut ahli-ahli sosial bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (co-operation), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict), dan dapat juga berbentuk akomodasi (accommodation).

Menurut kacamata ahli ilmu alam, dasar proses interaksi manusia adalah kompetisi. Kompetisi itu pada hakekatnya berlangsung dengan proses kerjasama yang spontan dan tidak berencana, membentuk apa yang disebut koperasi yang kompetitif. Sebagai akibat timbullah apa yang disebut relasi yang simbiotik.

Relasi simbiotik itu dalam bentuk mutualisme, komensalisme, amensalisme, kompetisi, parasitisme, dan predasi.

Interaksi pada makhluk hayati terjadi secara netral, untuk keseimbangan ekosistem itu sendiri. Interaksi sosial pada manusia tidak terjadi secara netral, ada norma-norma moral manusia. Dalam interaksinya dengan lingkungan cenderung antroposentrik, sehingga membuka peluang manusia untuk bersifat eksploitatif terhadap lingkungannya. Tetapi dengan memadukan sikap imanen dan transenden sebagai dasar moral dan tanggung jawab dalam memanfaatkan alam sifat eksploitatif dapat lebih terkendali.

Lingkungan Hidup Buatan

Untuk memahami perilaku atau tingkah laku manusia dapat ditelusuri melalui persepsi manusia terhadap lingkungannya. Persepsi adalah stimulus atau sesuatu yang dapat memberikan rangsangan pada syaraf, yang ditangkap oleh panca indera serta diberi interpretasi (arti) oleh sistem syaraf.

Dalam melihat persepsi ini ada dua pendekatan yaitu pendekatan konvensional dan pendekatan ekologis dari Gibson.

Usaha menjelaskan perilaku sebagai ungkapan persepsi dapat dilihat dari interaksi antara rangsangan (stimulus) terhadap reaksi (respons). Beberapa aliran hubungan Stimulus – Response antara manusia dengan lingkungannya, adalah: aliran determinisme; interaksionisme; dan transaksionisme.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap lingkungannya, adalah faktor obyek fisik dan faktor individu. Hasil interaksi individu dengan obyek fisik menghasilkan persepsi individu tentang obyek tersebut.

Sedangkan respon manusia terhadap lingkungannya bergantung pada bagaimana individu mempersepsikan lingkungannya. Respon ini dapat dilihat dari gejala-gejala persepsi mereka terhadap ruang sebagai lingkungan tempat tinggalnya, yaitu meliputi personal space, privacy, territoriality, crowding dan density, peta mental, serta stress.


PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Sumber Daya Alam Secara Umum

Pembangunan adalah sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

Konsep pembangunan tersebut dapat dilihat sebagai konsep pertumbuhan (growth); rekonstruksi (reconstruction); modernisasi (modernization); westernisasi (westernization); pembangunan bangsa (nation building); pembangunan nasional (national development); pembangunan sebagai pengembangan negara; dan pembangunan sebagai upaya pemenuhan hidup, kebebasan memilih dan harga diri.

Di Indonesia teori pembangunan dijabarkan sebagai konsep pembangunan bertahap yaitu: pembangunan berimbang (balanced development); tahap pembangunan memenuhi kebutuhan pokok; tahap pembangunan dengan pemerataan; dan terakhir adalah tahap pembangunan dengan kualitas hidup, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dengan strategi yang diterapkan adalah Trilogi Pembangunan meliputi: pertumbuhan ekonomi; pemerataan kesejahteraan sosial; dan stabilitas politik. Jika kita lihat tahapan pembangunan pada teori pembangunan tersebut di atas, terlihat bahwa Indonesia pun mengikuti tahapan pembangunan tersebut.

Konsekuensi pembangunan adalah melakukan perubahan sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan perubahan baik pada lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya ini berdampak positif dan negatif.

Neraca pembangunan yang terjadi saat ini dirasakan tidaklah menggembirakan. Di satu sisi ada kemajuan, di lain sisi ditemukan kerusakan lingkungan yang secara serius akhirnya mengganggu kehidupan manusia dan kelangsungan pembangunan itu sendiri. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang, yang sedang giat-giatnya membangun, tetapi juga di alami oleh negara-negara maju.

Oleh karena itu, muncullah konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sebagai upaya meleburkan atau melarutkan lingkungan ke dalam pembangunan, yaitu dengan tetap berusaha atau membangun tidak melampaui kemampuan ekosistem yang mendukung kehidupannya. Setelah permasalahan lingkungan dirasakan dapat mengganggu kehidupan manusia dan kelangsungan pembangunan itu sendiri.

Sumber Daya Alam Terbarui

Perubahan sosial adalah suatu perubahan yang terjadi pada sistem sosial yang mencakup tata nilai sosial, sikap, dan pola perilaku kelompok. Perubahan sosial merupakan perubahan kelembagaan masyarakat dan perubahan individu.

Ada lima bentuk perubahan sosial, yaitu: (1) perubahan evolusioner; (2) perubahan revolusioner; (3) perubahan dialektikal; (4) perubahan dipaksakan; dan (5) perubahan terkendali.

Sedangkan perubahan bentuk perubahan budaya adalah: (1) Alkulturasi; (2) Asimilasi; (3) Difusi; (4) Sinkretisme; dan (5) Penetrasi.

Dalam konteks pengelolaan lingkungan, masyarakat tradisional lebih bersandar pada penyesuaian masyarakat pada lingkungannya. Sedangkan masyarakat modern mengandung lebih banyak unsur yang berkaitan dengan mengatasi atau mengubah kendala lingkungan hidup.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dapat dibagi dalam 2 sifat yaitu perubahan endogenik (perubahan dari dalam), dan perubahan exogenik (dari luar).

Pada umumnya perubahan dari luar akan mempunyai dampak yang lebih besar, dan lebih banyak berhubungan dengan aspek pembangunan, serta bersifat revolusioner. Walaupun demikian tidak berarti bahwa perubahan dari dalam tidak bisa serius.

Di dalam suatu masyarakat yang sedang membangun, perlu terjadi suatu perubahan sosial yang diberi nama modernisasi. Modernisasi dapat diartikan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah yang ada pada semua aktifitas, semua bidang kehidupan, atau semua aspek-aspek masyarakat. Untuk mendukung modernisasi perlu suatu tata nilai modern pada individu, yang mencakup kualitas pribadi dan tersebarnya pengetahuan ilmiah serta keterampilan teknis. Tata nilai modern pada individu harus melembaga pula pada suatu kelembagaan sosial yang modern. Mana yang menjadi unsur utama, para ahli masih belum ada kesepakatan.

Dari pengalaman pembangunan di Dunia Ketiga, diketahui bahwa modernisasi tanpa didukung oleh perubahan sosial tidaklah efektif. Oleh karena itu, perubahan sosial hendaknya memperhatikan nilai teologi etis atau teologi pembebasan dan bersifat suatu perubahan sosial yang baru atau pembaruan yang dibawa oleh tokoh-tokoh agen pembaruan.


PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pembangunan Konvensional dan Permasalahan Lingkungan Hidup

Pendudukan dan lingkungan hidup berkaitan erat. Keprihatinan tentang masalah kependudukan sebetulnya telah lama dirasakan. Sekarang keprihatinan itu telah meningkat kembali setelah kita sendiri menjadi lebih sadar tentang berbagai dampak pertumbuhan penduduk yang tak terkendalikan di negara kita sendiri.

Bersamaan dengan meningkatnya kesadaran lingkungan hidup, telah meningkat pula kesadaran tentang kaitan antara lingkungan hidup dengan aspek kependudukan.

Bagi lingkungan sosial, masalah kependudukan dan lingkungan hidup merupakan unsur atau komponen dari masalah lingkungan sosial, yaitu masalah perubahan sosial di segala segi kehidupan, akibat perubahan dari segi material dan teknologi yang lebih cepat dari pada laju perubahan dari segi tata nilai atau gaya hidup.

Oleh karena itu, untuk menanggapi masalah kerusakan lingkungan hidup, pola hidup penduduk harus berubah sehingga tumbuh masyarakat yang mampu menopang suatu pembangunan yang dapat memperbaiki mutu kehidupan manusia dengan tetap berusaha tidak melampaui kemampuan ekosistem yang mendukung kehidupannya.

Untuk menumbuhkan masyarakat yang seperti itu, perlu dikembangkan prinsip etika (prinsip pertama dari prinsip-prinsip berkelanjutan) yang mengindahkan semangat gotong royong. Di atas prinsip gotong royong dikembangkan empat prinsip berkelanjutan, yaitu:
1.Prinsip meningkatkan kualitas hidup. Pembangunan ini baru berarti jika meningkatkan kualitas hidup dalam segala seginya;
2. Prinsip melestarikan vitalitas dan keanekaragaman bumi agar pembangunan berlanjut
3. Prinsip minimalisasi penciutan sumberdaya alam yang tidak diperbarui; dan
4. Prinsip mengindahkan daya dukung lingkungan.

Kualitas hidup yang tinggi, yang memperhatikan ekologi berkelanjutan sebagai hasil dari pembangun yang berkelanjutan, memerlukan indikator-indikator sebagai alat untuk mengukur kemajuan ke arah masyarakat yang berkelanjutan. Mencakup: kualitas hidup; keberlanjutan ekologi; keberlanjutan penggunaan sumber daya terbarukan dan meminimumkan penggunaan sumberdaya tak terbarukan; dan faktor sosial ekonomi.


Konsep Pembangunan yang Berkelanjutan

Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan seperti di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Oleh karena itu, krisis lingkungan ini hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam yang fundamental dan radikal melalui etika lingkungan yang dibutuhkan untuk menuntun manusia berinteraksi dengan alam semesta.

Ada dua pemahaman tentang etika, yaitu etika yang dipahami sebagai moral dan etika yang dipahami dalam pengertian yang berbeda dengan moralitas, sehingga mempunyai pengertian yang lebih luas dan merupakan refleksi kritis bagaimana manusia harus bertindak dalam situasi konkret dan situasi tertentu melalui penelusuran kritis teori etika deontologi, etika teleologi, dan etika keutamaan.

Sedangkan etika lingkungan di sini dipahami sebagai disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam serta nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam.

Berbagai teori etika lingkungan dapat menjelaskan pola perilaku manusia dalam kaitan dengan lingkungan. beberapa teori etika lingkungan ini merupakan perkembangan pemikiran di bidang etika lingkungan, yaitu Shallow Environmental Ethic, Intermediate Environmental Ethic, dan Deep Environmental Ethic. Ketiga teori ini dikenal sebagai antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme. Ketiga teori ini mempunyai cara pandang yang berbeda tentang manusia, alam, dan hubungan manusia dengan alam.

Koperasi

1. Latar belakang


Unsur-unsur dasar koperasi yang tak penah dapat dipisahkan yakni unsur ekonomi dan unsur sosial, sedangkan yang menjadi para anggotanya terutama terdiri dari mereka yang tergolong lemah sosial ekonominya. Dewasa ini masyarakat yang tergolong lemah sosial ekonominya, terbanyak yang tinggal didaerah pedesaan, jadi koperasi sebagai salah satu usaha peningkatan taraf hidup, memang sangat tepat untuk dikembangkan di masyarakat pedesaan. Koperasi adalah organisasi ekonomi yang berwatak sosial dari orang-orang yang kemampuan ekonominya terbatas.

2. Tujuan

Tujuan adanya koperasi untuk membantu serta mempermudah masyarakat terutama bagi masyarakat yang lemah sosial ekonominya dalam meningkatkan taraf hidup, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dapat juga untuk menambah modal usaha keluarga, pendidikan, sesuai dengan kebutuhan perindividu yang sangat bermanfaat, sehingga kebutuhan masyarakat yang tergolong lemah sosial ekonominya dapat terbantu, dan mengatasi kurangnya penganguran, dan menambah motifasi sesorang untuk maju dalam usahanya.

Koperasi adalah organisasi ekonomi yang berwatak sosial dari orang-orang yang kemampuan ekonominya terbatas. Koperasi untuk membantu serta mempermudah masyarakat terutama bagi masyarakat yang lemah sosial ekonominya dalam meningkatkan taraf hidup, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.


sampai disini dulunyach..........artikel yach...^_^ Hidup kopersi...*^**^

Sabtu, 17 Oktober 2009

( tentagga yg baik hati )

Di kampung halaman kami dahulu, di sebuah desa bernama Sarimatondang
di Sumatera Utara, ada tradisi yang saya sangat sukai. Kami anak-anak
menyebutnya kebiasaan kirim-mengirim. Kalau tiba Tahun Baru, di
kampung kami yang mayoritas penduduknya beragama Kristen itu biasanya
kami mengirimkan kue-kue buatan orang tua kami (kembang loyang,
dodol, kue bakar, kacang tojin, wajik Bandung dst) kepada tetangga-
tetangga muslim. Mereka sebenarnya tak bisa kami sebut tetangga
karena mereka tinggal agak jauh, berseberangan kampung. Tetapi
pekerjaan 'mengirim' itu kami lakoni dengan senang hati.

Yang kami kirimi kue-kue itu biasanya adalah kawan-kawan muslim yang
mempunyai pertalian sosial dengan kami. Apakah karena mereka adalah
langganan tempat kami belanja sayur-mayur atau pecal, teman sejawat
orang tua kami, tukang membetulkan rumah kalau bocor, kawan sekolah
kami, dan sebagainya.

Sebagai balasannya, nanti pada Hari Raya, kami akan mendapatkan lagi
kiriman dari tetangga Muslim itu. Aneka rupa isi kiriman itu. Kembang
loyang, dodol dan sejenisnya tetap ada. Tetapi para tetangga Muslim
itu, yang banyak juga diantaranya kawan-kawan dari bersuku Jawa,
biasanya lebih kreatif. Maka seringkali juga ada lontong sayur,
getuk, kue lapis, nagasari dan sejenisnya.

Sesama kami anak-anak biasanya saling membanggakan jumlah kiriman
yang kami terima. Memang seringkali berbeda jumlahnya antar satu
rumah dengan rumah lainnya. Jumlah kiriman itu secara tidak langsung
menggambarkan seberapa luas relasi kita dengan tetangga Muslim.

Di Jakarta, saya mendapati pengalaman yang unik. Saya sebagai anggota
komunitas baru di sekitar rumah, di desa Sarua, Ciputat, bertetangga
dengan sebuah keluarga muslim yang, dari pengamatan saya, sangat
taat. Sama seperti keluarga saya, mereka baru memiliki seorang putra.
Semula saya sudah was-was. Sebagai seorang kristen yang kadang-kadang
merasa minoritas di Jakarta ini, dalam hati saya sering berpikir-
pikir, wah, bakal ada masalah nggak sama ini tetangga. Apakah dia
akan cukup nyaman bertetangga dengan saya yang selain kristen, Batak
lagi. (Istilahnya, minoritas ganda).

Ternyata kebalikannya. Tetangga kami itu demikian ramah. Mereka yang
pertama menyapa kami, bahkan datang bertamu. (Wah, saya jadi malu,
padahal, kami yang seharusnya datang memperkenalkan diri).
Belakangan, istri-istri kami jadi demikian akrabnya. Berboncengan
naik motor mereka belanja ke mana-mana. Dan, yang membuat saya agak
terenyuh, suatu hari si Ibu tetangga itu bahkan menjelaskan kepada
istri saya begini. "Bu, kapan-kapan kita ke pasar X yuk. Di sana
kalau beli daging murah-murah dan masih segar. Daging Babi juga ada
di sana. Kalau mau beli ke sana saja. Nanti kita bareng ya.."

Belakangan ini, ada lagi kebiasaan tetangga baru kami itu yang
membuat kami sekeluarga (yang hobinya makan)makin ternanti-nanti.
Beberapa kali saat berbuka puasa, kami juga mendapat kiriman hidangan
berbuka puasa. Unik-unik. Kadang-kadang ada onde-onde yang tidak
terbuat dari ketan melainkan dari tepung ubi.

Kala lain, lontong sayur yang ada baksonya. Kalau pisang molen, entah
sudah berapa kali mampir di rumah kami. Kalau mengingat kata istri
saya bahwa si ibu tetangga itu sebenarnya nggak pintar masak (dan
mereka sering belajar sama-sama bikin masakan tertentu), pastilah
kiriman si ibu tetangga itu datangnya dari tempat lain juga. Entah
itu dari sanak saudaranya yang sering berkunjung ke rumah mereka atau
mungkin dia beli.

Tentu saja, kami juga harus cukup tahu diri. Istri saya yang pernah
bekerja di sebuah restoran, kadang-kadang berinisiatif juga
mengirimkan masakannya kepada tetangga kami itu. Sebetulnya, kirim-
mengirim ini sudah agak berlangsung lama, jauh sebelum bulan puasa.
Kalau suami si Ibu tadi tugas ke luar kota, ketika kembali ke
Jakarta, si Ibu tadi sering pula membagi oleh-oleh si Bapak kepada
kami. Sebaliknya, manakala saya ke luar kota, istri saya juga tidak
lupa membagikannya kepada mereka.

Tiap kali saya menikmati 'kiriman' dari sang tetangga, saya merasa
bersyukur dan merasa bangga sebagai orang Indonesia. Indonesia yang
begini luas, begini beragam penduduknya, begitu kaya budaya dan
tradisinya ternyata bukan hanya diisi oleh orang-orang yang membuat
kita merasa malu sebagai orang Indonesia seperti yang sering kita
saksikan di tayangan-tayangan televisi tentang para koruptor dan
pelaku kriminal.

Orang-orang baik di Indonesia masih ada dan saya kira masih banyak.
Kebiasaan-kebiasaan baik dan kebiasaan-kebiasaan luhur juga masih
dapat kita temukan dalam keseharian kita. Dan, itu bukan di tempat-
tempat yang kita anggap seharusnya tempat orang untuk berbuat baik,
seperti di tempat-tempat ibadah.

Tetapi di dekat-dekat kita, di tetangga kita, di jalanan yang mungkin
kita lalui setiap hari dan juga mungkin di tempat kita mencari
nafkah.

Kebaikan-kebaikan kecil yang kami nikmati dari tetangga itu ternyata
menghasilkan banyak lagi kebaikan-kebaikan besar di kemudian hari.
Kami pernah lupa mengunci pintu pagar ketika bepergian. Dan tetangga
kami menguncikannya sambil mengirimkan SMS kepada istri saya
memberitahu bahwa mereka sudah menguncikan pintu pagar kami. Kala
lain, ada ular tiba-tiba masuk ke rumah mereka dan si Ibu berteriak
lewat jendela rumah kami meminta tolong. Kami kemudian bersama-sama
meminta tolong kepada tukang ojek yang lewat untuk menolong kami
(sebab diantara kami sendiri tidak ada yang berani menangkap ular).

Saya lantas berujar dalam hati, alangkah bangganya kita menjadi
bangsa Indonesia jika setiap hari kita dapat mengisi kebaikan-
kebaikan dengan sesama. Tidak perlu dengan kebaikan-kebaikan besar.
Kebaikan-kebaikan kecil, kemurahan-kemurahan yang kelihatannya remeh
temeh, pada saatnya akan sangat berarti menjadikan kita sebagai
bangsa yang besar. Sungguh saya bangga jadi orang Indonesia. Anda
juga, bukan?

-Ranie- ^_^

artikel

Baru-baru ini saya harus bertandang ke sebuah kedutaan besar salah satu negara Eropa untuk mengajukan Visa. Walaupun saya mengajukan Visa selalu dalam posisi ‘nothing to loose’ - karena berhubungan dengan tugas kerja, jadi kalaupun tidak dapat ya tidak apa-apa - tetapi saya tetap kurang suka menjalani prosesnya. Memang, prosesnya dan level pelayanan di kedutaan berbeda dari negara ke negara - ada negara besar yang ternyata pelayanan kedutaannya sangat ramah, namun ada juga negara lain yang pelayanannya sangat tidak menyenangkan.
Contohnya saja, apa yang saya lihat tiga minggu lalu, di kaunter pelayanan Visa sebuah negara ex-Eropa Timur. Ada dua orang Indonesia, yang rupanya terinspirasi oleh berbagai buku petualangan backpacking ke Eropa, sehingga mereka ingin berwisata ke negara ini. Dua wanita ini kelihatan biasa saja, dan terlihat dari golongan mampu. Sesudah menyerahkan formulis isian, membayar bea, dan menyerahkan dokumen pendukung, mereka pun disuruh (bukan diminta) menunggu. Lalu, tak berapa lama kemudian, ibu-ibu galak yang bertindak menjadi resepsionis, dengan gaya yang arogan, berteriak (bukan meminta dengan sopan) agar wanita pertama mendekat karena akan diadakan ‘interview’. “Mengapa mau ke negara A?” katanya dengan galak, dengan sorot mata garang seperti polisi yang sedang menginterogasi maling ayam dengan tubuh penuh tato.“Mau wisata, mau jalan-jalan aja” jawab sang wanita tadi, dengan sorot mata malu-malu, seperti maling ayam dengan tubuh penuh tato yang sedang diinterogasi polisi.“Emang kenapa harus ke negara A? Kok nggak ke negara lain?!” kata sang interviewer lagi, masih dengan gaya seorang hakim yang menginterogasi koruptor yang baru saja diputar rekaman pembicaraannya ketika menerima suap. “Mmm… Saya dengar negara A bagus untuk wisata, jadi saya ingin liat saja…” jawab sang wanita, seperti seorang koruptor yang diinterogasi hakim setelah diputar rekaman pembicaraannya waktu menerima suap.“Kenapa sih mau ke negara A? Apa bener nih, cuma mau jalan-jalan?” cecar sang interviewer, bagai anggota KPK yang baru saja menggerebek rumah jaksa dan menemukan uang 6 milyar hasil jual permata. “Betul Bu, saya cuma ingin jalan-jalan….” Jawab sang wanita sambil makin ‘mengkeret’, bagai seorang jaksa yang baru digerebek KPK dan berusaha meyakinkan bahwa uang 6 milyar itu adalah hasil jual permata. Akhirnya, setelah puas menginterogasi, sambil membanting dokumen ke mejanya, sang interviwer pun membentak: “Ya sudah! Tunggu saja! Kalau Visanya jadi, nanti dipanggil!” katanya. Sang wanita tadi pun kembali ke tempat duduknya. Interview kedua pun dimulai, dengan gaya yang sama. Dan, seolah belum cukup, ketika melihat kedua wanita tadi tidak pulang, melainkan menunggu di kedutaan, sang interviewer cum resepsionis membentak lagi dengan lantang “Saya sudah bilang sekarang PULANG! Nanti kita telepon kalau Visanya jadi!”. Dan, seperti umumnya warna negara Indonesia yang taat hukum, kedua wanita tersebut pun terbirit-birit meninggalkan ruang tunggu kedutaan bagian Visa yang dingin, kelam, dan berdebu. Kok bisa ya, kita sudi diperlakukan seperti itu? Kalau saya, untuk liburan diinterogasi seperti maling ayam kaya gitu, saya akan langsung membatalkan rencana saya. Saya akan bilang “Maaf ya, saya kan berwisata mau membawa devisa untuk negara Anda? Jadi, kalau perlakuannya begini, nggak jadi ah! Mending saya buang uang saya di tempat lain!” kira-kira begitu. Tapi, herannya, banyak orang Indonesia kok ya rela dikuyo-kuyo, dihina, ditelantarkan, dan diinjak-injak di kedutaan asing, dipaksa bayar mahal termasuk fiskal, hanya demi untuk melihat negara lain. Lalu pulang pun berbangga, ”Saya baru ke Jepang lho” atau ”Ini waktu kemarin saya di Perancis”. Mengapa kita tidak pernah membanggakan ”Saya dari Medan lho, wah durennya enak!” atau ”Ini daging sei dari Timor, mantap!”. Mengapa kita begitu tergila-gila pada wisata di luar negri? Mengapa kita bangga kalau punya judul “Dengan $ 1000,- keliling Eropa”, dan tidak bangga dengan pernyataan “Dengan $ 1000,- keliling Indonesia - gak perlu pake melarat lagi!” Nah, dibulan Agustus ini, saya ingin mengingatkan lagi tentang indahnya negara tempat kita tinggal. Mungkin kita tertipu oleh pemberitaan asing yang selalu mengagung-agungkan keindahan negara mereka sendiri. Mungkin kita percaya pada pemberitaan internasional bahwa Indonesia adalah negara yang tidak aman, penduduknya kasar, dan sering kerusuhan. Kita lupa, bahwa kita pernah dikenal sebagai bangsa yang ramah-tamah, murah senyum, dan menerima tamu dengan tangan terbuka. Kita lupa, bahwa Indonesia dengan keramahannya, dengan senyumnya, masihlah Indonesia yang sama - tempat kita lahir, tempat kita berbakti. Jadi, kalau Anda punya budget untuk jalan-jalan dalam waktu setahun, ayo, sisihkan sedikit untuk satu-dua kali berwisata di dalam negri! Mau ke Manado, Medan, Malang, atau Makassar, yang penting Mak Nyuss dan Mak Nyess di hati, karena sudah sedikit berbakti pada negri sendiri.

Kebudayaan Orang Batak dan Tionghoa Mendidik Anak

Bekerja dan bersekolah. Dua hal itu melekat pada masa kecil Jan S Aritonang.

Sejak duduk di kelas IV SD, Aritonang telah belajar mencari uang. Di depan rumah kakeknya di Tanjung Morawa, Sumatera Utara, ia sering menggelar dagangan dari kebun kakeknya. Seminggu sekali, pukul 03.00 dini hari, ia ikut menjual hasil bumi ke pasar. Saat duduk di SMP, Aritonang pernah bekerja sebagai tukang sapu. Ia pernah bekerja pedagang asongan, kernet mobil angkutan, sampai penarik becak. Akan tetapi, satu hal tidak pernah ditinggalkannya: bersekolah.

"Meski pagi-pagi sekali harus berangkat ke pasar, apa pun saya harus cepat-cepat pulang supaya bisa bersekolah pada pukul 07.00. Sekalipun sejak kecil sudah dilepas cari makan sendiri, tetapi tetap harus bersekolah. Itu tak hanya berlaku pada diri saya, tapi juga bagi anak-anak Batak lainnya," kata Aritonang yang kini menjabat sebagai Ketua Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Teologi,Jakarta.

Aritonang adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ibunya petani. Ayahnya pernah bergabung menjadi tentara, kemudian pindah menjadi pegawai pada Kementerian Penerangan, sebelum akhirnya,berwiraswasta.

Ayahnya mendidiknya dengan keras. Bila ada angka merah di rapornya, bisa-bisa ia disetrap, tidak diberi makan atau dicambuk. Sebaliknya, bila memperoleh nilai bagus, tidak segan-segan ayahnya memberi hadiah baju baru, memotong ayam, atau sekadar mengajak jalan-jalan.

Batak merupakan salah satu etnis di Tanah Air yang sangat menjunjung tinggi nilai pendidikan anak. Anak, bagi orang Batak, merupakan harta yang paling berharga, kehormatan, sekaligus kekayaan bagi orang tuanya. Pemahaman ini yang mendorong warga etnis Batak mendidik dan berupaya agar anak-anaknya bisa memperoleh pendidikan setinggi mungkin.

"Baik yang tinggal di kota maupun di kampung, orang Batak akan mengerahkan kemampuan
Finansialnya untuk pendidikan anak-anaknya," kata Aritonang.

Pendidikan di rumah

*Orang Batak juga berusaha menjaga keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan pendidikan dalam keluarga.

Melalui pendidikan keluarga itulah nilai- nilai kerja keras, pantang menyerah, dan keuletan dita namkan. Nilai-nilai itu pula yang ditanamkan Aritonang dalam mendidik anak-anaknya.

Aritonang mengaku tak mengalami kesulitan mendidik anak-anaknya. Ketika ketiga anaknya masih kecil, mereka tanpa disuruh belajar sendiri, juga tanpa harus didampingi. Sesekali saja ia turun tangan ketika anaknya mengalami kesulitan. Ketika nilainya kurang bagus ia membimbing bagaimana bisa lebih sistematis dalam belajar.

"Meski tidak harus mendampingi, saya tidak pernah tidak peduli terhadap pendidikan anak-anak saya," kata Aritonang.


Dalam mendidik anak-anaknya, ia mengaku tak pernah menggunakan kekerasan. Ia juga tak memaksakan anaknya kelak akan menjadi apa. "Yang dibutuhkan anak adalah perhatian, bukan pengendalian yang ketat, apalagi pemaksaan," ujarnya.

Cara itu terbukti cukup berhasil. Ketiga anaknya masuk di universitas negeri yang terbaik Anak bungsunya kini mengambil kuliah di Institut Teknologi Bandung. Anak keduanya, menyelesaikan program studi S2 dalam usia 23 tahun dengan indeks prestasi 3,92.

Tidak ada yang gratis

* Seperti halnya tradisi dalam keluarga Tionghoa, Sofyan Tan –tokoh masyarakat Tionghoa di Medan-mendidik anak-anaknya, khususnya anak pertamanya, dengan keras.

Anak-anaknya diharuskan membuat target juara dan bila target itu tercapai mereka diberi hadiah.

Sofyan tidak memberikan uang jajan kepada anak-anaknya secara cuma-cuma. Uang jajan hanya diberikan sebagai kompensasi nilai ujian yang bagus. Untuk tiap nilai yang bagus memperoleh Rp 5.000. Khusus untuk nilai matematika dan sains yang bagus memperoleh Rp 20.000. Demikian pula bila anaknya ingin memiliki telepon genggam atau play station. Barang-barang itu hanya bisa dimiliki sebagai hadiah bila target juara kelas tercapai.

"Biar ada motivasi bahwa untuk mencapai sesuatu harus pakai perjuangan. Dalam hidup ini tidak ada sesuatu yang gratis," kata Sofyan.

Di tengah kesibukannya, Sofyan sebisa mungkin mengantar dan menjemput anaknya ke sekolah. Dalam perjalanan itu Sofyan punya kesempatan berbincang-bincang santai dengan keempat anak nya. Secara intensif Sofyan berkomunikasi dengan anak-anaknya, baik melalui telepon atau pesan elektronik singkat. Istrinya sehari-hari mendampingi anak-anak di rumah. Untuk mengakrabkan hubungan dengan anaknya, pada akhir pekan ia selalu mengajak keluarganya makan bersama di luar. Di sinilah ia bisa efektif mengobrol santai dengan anak.

Dari Senin sampai Jumat, anak-anaknya tidak bermain di luar. Sama seperti kebanyakan anak-anak dari keluarga keturunan Tionghoa lainnya, keempat anak Sofyan mengikuti berbagai macam les: dari kesenian, bahasa asing, sampai matematika. Sofyan mengaku tidak membuat jadwal ketat jam berapa anak-anaknya harus belajar karena mereka bisa mengatur diri mereka sendiri. Hanya anaknya yang paling kecil saja, Davin (9), yang masih diawasi.

Putri pertamanya, Tracy (18), baru-baru ini berangkat ke Inggris untuk mengambil persiapan masuk ke universitas. Rencananya ia akan mengambil Bidang Studi Matematika di Universitas Cambridge. Putri keduanya, Cindy, yang mempunyai bakat melukis ingin mendalami desain grafis. Felix (14), anaknya ketiga, ingin meneruskan jejak ayahnya menjadi dokter.

Pengaruh orangtua

* "Tidak ada faktor tunggal yang memengaruhi keberhasilan dan etos kerja seorang anak," kata Dr Eri Seda, sosiolog dari Universitas Indonesia.

Menurut Eri, keberhasilan, etos kerja, dan semangat belajar seorang anak sangat bergantung pada kultur dan keteladanan orangtua. "Orangtua boleh omong macam-macam tapi yang dilihat anak adalah tingkah lakunya. Bila orangtua bekerja keras dari pagi sampai malam, tanpa harus membe rikan wejangan sekalipun, anak akan meniru kerja keras. Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya," kata Eri Seda.

Menurut Ketua Program Pascasarjana Sosiologi UI itu, disiplin, etos kerja, keuletan merupakan nilai-nilai yang bisa ditumbuhkan dalam keluarga. Sekolah hanya bisa meleng kapinya. Karena itu, Eri menekankan pentingnya interaksi di dalam rumah tangga dijaga.

Sedekat apa pun hubungan seseorang, bila tidak dijaga dengan kegiatan bersama dantidak ada komitmen satu sama lain maka interaksi antar anggota keluarga bisa berjauhan. Inter aksi kurang baik dalam keluarga menimbulkan berbagai persoalan sosial, seprti penyalah gunaan narkoba, pergaulan bebas, perselingkuhan, sampai masalah pendidikan anak.

Akan tetapi, tambahnya, meski keluarga dan sekolah telah mendidik anak dengan baik, tetapi masyarakat hanya menghargai yang serba instan, anak tidak akan tahan melawan arus.

"Kalau yang dipentingkan dalam masyarakat hanya yang glamor, asal keren, yang dihargai hanya selebriti, asal kaya tanpa peduli dari mana kekayaannya, maka anak tidak akan melihat pentingnya kerja keras dan berjuang. Yang penting lulus, nilai baik atau tidak bukan soal. Itulah mengapa kini banyak anak bersikap minimalis," kata Eri.

Ranie...^_^

CONTOH KASUS ETIKA BISNIS

I. PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG

Pada kondisi saat ini, setiap pelaku bisnis jelas akan semakin berpacu dengan
waktu serta negara-negara lainnya, agar terwujudnya suatu tatanan perekonomian yang saling menguntungkan. Tentunya semua perusahaan harus sudah mengacu kepada implementasi GCG yang sudah bisa ditawar-tawar lagi, sehingga dapat dikatakan bahwa bisa atau tidak bisa yang pada akhirnya tetap berusaha dan bukan merupakan suatu kebutuhan. Selain itu, memang belum adanya sangsi yang tegas dari pihak regulaor dalam hal ini pemerintah yaitu jika bagi perusahaan yang tidak menerapkan GCG. Dibeberapa negara maju, GCG saat ini sudah dianggap sebagai
sauatu asset perusahaan yang sangat bermanfaat, misalnya GCG akan dapat meningkatkan nilai tambah bagi pemenang saham dan mempermudah akses ke pasar domestik maupun ke luar negeri (global) serta tidak kalah pentingnya dapat membawah citra perusahaan yang positif dari masyarakat

I.2. PENJELASAN TENTANG ETIKA BISNIS.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil , sesuai dengan hukum yang berlaku tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.

Etika bisnis dibagi dalam:

(1).Descriptive ethics :is concerned with describing, characterizing and studying
the morally of a people, a culture, or a society. It also compares ancontracts
different moral codes, systems, practices, beliefs, and value ( A. Buchhholtz and
B.Rosenthal, 1998)

(2). Normative ethics: concerned with supplying and justifying a coherent moral
system ofthinking and judging. Normative etuncov develop,and basic principles
that are intended to guide behavior, actions, and decisions.(R.DeGeorge, 2002)
Menurut Caroll dan Buchholtz “ ethics is the discipline that deals with what
is good and bad and with moral duty and obligation. Ethics can also be
regarded as aset of moral principles or values. Morality is a doctrine system
of moral conduct .Moral conduct refer to that which relates to principles of
right and wrong behavior that takes place within a business context . Business
ethics, therefore is concerned with good and bad or right an d wrong behavior
that takes place within a business context. Concepts of right and wrong are
increasingly being interpreted today to include the more difficult and subtle
questions of fairness, justice, and equity. Ethics is a philosophical term
derived from the Greek word “ethos” meaning character or custom. This definition
is germane to effective leadership in organization in that it connote
organization

I.3. PENJELASAN TENTANG MEMBANGUN ’’ BUILT TO BLESS’ COMPANY.
Ingin diberkati adalah keinginan yang wajar, ingin menjadi berkat bagi orang lain adalah keingginan yang mulia. Menurut Peter Straub, kadang-kadang…. apayang harus engkau kerjakan adalah kembali ke awal dan melihat segalanya dalam sebuah cara pandang yang baru. Jim Collin (2001), implementasi konsep membuat perusahaan menjadi perusahaan yang Good to Great. Dimana kriteria perusahaan agar bisa dipilih sebagai perusahaan yang Good to Great adalah seperti berikut :

(1). Perusahaan menunjukkan pola kinerja baik yang ditemukan titik transisi menuju ke kinerja hebat. Kinerja hebat di definisikan sebagai kumunikasi total hasil saham paling sedikit 3 kali dari pencapaian pasar secara umum, mulai dari titik transisi (T) dalam 15 tahun kemudia Sedangkan kinerja baik hanya menghasilkan 1.25 kali dari pencapaian pasar secara umum selama 15 tahun sebelum titik transisi (T-15). Rasio antara kumulatif hasil saham padaT+15dan T-15 harus lebih dari 3.

(2). Pola kerja kinerja Good to Great harus merupakan upaya pergeseran perusahaan (company ) itu sendiri bukan karena kecenderungan industri (industry event). Dengan kata lain,perusahaan harus menunjukkan pola tidak hanya relatif terhadap pasar, tetapi juga terhadap industrinya.
(3).Perusahaan adalah perushaan yang sudah cukup lama beroperasi setidaknya 25 tahun
sebelum titik transisi, dan merupakan perusahaan terbuka setidaknya dalam 10 tahun.
(4). Titik transisi sudah terjadi pada tahun 1985, dan tahun 2000 adalah tahun
analisis.
(5) Perusahaan sudah masuk dalam daftar peringkat FORTUNE 500 pada tahun 1995 yang
diterbitkan tahun 1996.
(6) Perusahaan masih menunjukkan kecenderungan naik dengan kemiringan hasil saham
kumulatif relatif terhadap pasar pada titik awal transisi harus sama lebih
baik dari 3/1 yang dipersyaratkan untuk memenuhi kriteria 1 pada fase T+15. Ini
berlaku untuk T+15 yang jatuh sebelum tahun 1996. Dari keenam kriteria tersebut
tadi masih dilakukan seleksi dalam 4 tahap yaitu: Tahap pertama menghasilkan
1.435 perusahaan dari seluruh FORTUNE 500(1965-1995) Tahap kedua tersaring 126
perusahaan Tahap ketiga menjaring 19 perusahaaan yang tersisa, dan Tahap keempat
menghasilkan 11 perusahaan yang berkriteria Good to Great ”the man behind the
gun”. Bila pimpinan puncak tidak memiliki unsur BMF, maka perusahaan itu tidak
mungkin menjadi perusahaan yang berlandaskan spriritual (spiritual company).




Contoh Kasus Sebagai Pelaku Bisnis

Pada tahun 1990 an, kasus yang masih mudah diingat yaitu Enron. Bahwa Enron adalah perusahaan yang sangat bagus dan pada saat itu perusahaan dapat menikmati booming industri energi dan saat itulah Enron sukses memasok enegrgi ke pangsa pasar yang bergitu besar dan memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil menyinergikan jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi. Dan data yang ada dari skilus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring dengan booming indutri energi, akhirnya memosisikan dirinya sebagai energy merchants dan bahkan Enron disebut sebagai ”spark spead” Cerita pada awalnya adalah anggota pasar yang baik, mengikuti peraturan yang ada dipasar dengan sebagaimana mestinya. Pada akhirnya Enron meninggalkan prestasi dan reputasinya baik tersebut, karena melakukan penipuan dan penyesatan.. Sebagai perusahaan Amerika terbesar ke delapan, Enron kemudian kolaps pada tahun 2001.

I.5. TUJUAN PEMBAHASAN.
Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk :
1. Penerapakan peranan etika bisinis dalam implementasi sebagai good corporat
governance
2. Penerapakan membangun “built to bless” dalam implementasi sebagai good corporate
governance



II. PEMBAHASAN

Berbisnis dengan etika dan atau etika berbisnis, sebenarnya keberadaan etika
bisnis tidak hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sederhana atau ”remeh” atau, “ Bisakah kita melakukan etika berbisnis/ tidak melanggar hukum untuk meningkatkan kinerja divisi kita ?” jawabannya “pasti bisa” Jurnal Business and Society Review (1999), menulis bahwa 300 perusahaan besar yang terbukti melakukan komitmen dengan publik yang berlandaskan pada kode etik akan meningkatkan market value added sampai dua-tiga kali dari pada perusahaan lain yang tidak melakukan hal serupa. Bukti lain, seperti riset yang dilakukan oleh DePaul University (1997), menemukan bahwa perusahaan yang merumuskan komitmen korporat mereka dalam menjalankan prinsip-prinsip etika memiliki kinerja finansial (berdasarkan penjualan tahunan/revenue) yang lebih bagus dari perusahaan lain yang tidak melakukan hal serupa. Sebuah studi selama 2 tahun yang dilakukan The Performance Group, sebuah konsorium yang terdiri dari Volvo, Unilever, Monsato, Imperial Chemical Industires, Deutsche Bank, Electolux, dan Gerling, menemukan bahwa pengembangan produk yang ramah lingkungan dan peningkatan environmental compliance bisa menaikkan EPS (earning per share) perusahaan, mendobrak profitability, dan menjamin kemudahan dalam mendapatkan kontrak atau persetujuan investasi.

II.1. PERANAN ETIKA BISNIS DALAM PENERAPAN GCG
(1). Nilai Etika Perusahaan ( Company Ethics Value)
Kepatuhan pada kode etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan dan para pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan memaksimalkan nilai pemegang saham. Beberapa nilai-nilai etika perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu kejujuran, tanggung jawab, saling percaya, keterbukaan dan kerja sama. Sebagai contoh yang sering kita ketahui yaitu kode etik yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan, antara lain masalah informasi rahasia dan bentuan kepentingan.

(2). Code of Corporate and Business Conduct
Kode etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (code of corporate and business conduct) merupakan implementasi salah satu prinsip Good Corporate Governance (GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan & pimpinan perusahaan untuk melakukan prakter-praktek etik bisnis yang terbaik di dalam semua hal yang dialakukan atas nama peusahaan. Dengan tujuan agar prinsip etika bisnis menjadi budaya perusahaan (corporate culture), maka seluruh karyawan dan para pimpinan perusahaan akan berusaha memahami dan berusaha mematuhi “mana yang boleh” dan mana yang tidak boleh dilakukan dalam aktivitas bisnis perusahaan. Pelanggaran atas kode etik merupakan hal yang serius, bahkan dapat termasuk kategori pelanggaran hokum.

Contoh :
Di Indonesia dengan Topik : The Challenges of Legal Profession in The Corrupt Society (Gayus Lumbuun, 2008), yang memaparkan (1) penegakan hokum pembrantas korupsi, (2) substansi/norma hukum kebijakan pemberantas KKN, (3)kelembagaan/ struktur hukum pemberantas KKN, (4) budaya hukum (legal culture dalam kebijakan pemberantas KKN. Dari keempat unsur hukum tersebut, maka unsure ketiga dari sistem hukum yang sangat berpengaruh dalam implementasi UU tentang tindak pidana korupsi adalah masalah budaya hukum yang terkait dengan pemberantas KKN. Budaya hukum disini dapat dikelompokkan kedalam 2 hal yaitu:
budaya yang menyimpang dan buadya sebagai karekter entitas. Budaya hukum yang menyimpang inilah yang sebenarnya masih dapat diperbaiki. Bebarapa bagian penting yang terkait dengan budaya hukum ini adalah mengenai sebab-sebab dan pelaku korupsi, serta dukungan masyarakat dalam pemberantas KKN, dan strategi umum yang dapat dilakukan dalam pemberantas KKN.

II.2. MEMBANGUN ETIKA BISNIS DAN BISNIS YANG BERETIKA
Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang
berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
(1). Pengendalian diri./ kejujuran.
(2). Social Responsibility
(3). Memiliki prinsip / mempertahankan jati diri.
(4). Menciptakan persaingan yang sehat.
(5). Menerapkan konsep yang berksinambungan.




II.3. MEMBANGUN “ BUILT TO BLESS”DALAM PENERAPAN GCG.

(1). Moralitas Kerja dalam Bentuk Etika Bisnis dan Etika Kerja
Moralitas ini merupakan landasan berbisnis dengan etika yang baik. Etika bisnis dan etika kerja adalah dua hal utama yang terus dipertahankan sebagai cara kerja dalam mencapai tujuannya. Keduanya merupakan standar yang diyakini tentang baik buruk dalam pengelolaan usaha (a defined standard of right or wrong what some one often said). Bukan hanya memiliki dokumen yang tertulis di kertas tapi terpatri dalam hati. Seluruh jajaran mengahayati dan mengamalkan karena karena percaya bukan paksaan atau bagian dari deskripsi pekerjaan dan proses. Moralitas yang setidaknya mencakup pedoman etika bisnis dan etika kerja ini secara tertulis dijabarkan dan dikomunikasikan secara terus menerus. Pimpinan perusahaan menjadi pemegang kunci pelaksanaan yang senantiasa dilihat oleh seluruh pekerja. Dalam keadaan krisis tidak terbatas pada target penjualan dan yang tidak tercapao, tetapi bahkan sampai keberadaan bisnis sekalipun, pimpinan dan organisasi yang memiliki kinerja emosional dan etikal yang tinggi akan terus berupaya mempertahankannya tanpa kompromi. Etika bisnis mencakup bagaimana menata hubungan yang etis perusahaan dan seluruh pemangku kepentingan seperti hubungan perusahaan dan seluruh pemasok, pelanggan, karyawan, masyarakat sekitar, lingkungan, dan pemerintah. Sedangkan etika kerja mengatur hubungan antara pekerja dan sesama pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan pimpinan perusahaan, perusahaan dengan pemangku kepentingan lainnya. Nilai pekerja harus dihayati dan dipratikkan dan pekerjaan sehari-hari. Bukan hanya sekadar menyelesaikan pekerjaan juga cara melakukan pekerjaan (how to do not only what to do). Bebarapa perusahaan yang mendapat penghargaan sebagai perusahaan yang beretika bisnis tinggi dalam 16th Annual Business Ecthic Awards 2004 adalah sebagai berikut:
a.Gap Inc, mendapat Social reporting Award. Gap melporkan kinerja dan ketaatan 3.000 pabrik pemsok di 50 negara terhdap aturan yang tela ditetapkan.
b.Chroma Technology Corp. Meraih Living Economy Award, perusahaan yang menerapkan konsep kepemilikan karyawan, kebijakan upah yang pantas.
c.Dell Inc, memperoleh Environmental Progress Award, menawarkan jasalayanan gratis untuk mendaur ulang komputer yang eprnah dipakai perusahaan pada setiap pembelian komputer baru.
d.Cliff Car Inc, menyabet General Excellence Award atas komitmennya dan konsisten terhadap pelestarian lingkungan.
e.King Arthur Flour, mencapai Social Legacy Award, kerena menyerahkan kepemilikan saham perusahaan 100 persen.

(2). Kinerja Spiritual melahirkan perusahaan yang Built to Bless
Dalam hasil pengamatan saya selanjutnya, kedua kinerja tersebut belumkah seluruhnya mencerminkan kesuksesan menyeluruh dalam perusahaan. Ada factor ketiga yang patut menjadi bahan renungan setiap pimpinan dan pemegang saham yakni Kinerja Spiritual. Ini selaras dengan kecerdasan manusia yang memiliki tiga cakupan yakni Intelektual, Emosional, dan Spriritual. Kecerdasan Spiritual yang dimiliki pimpinan dan manusia ada dalam perusahaan akan menjadi peusahaan untuk memiliki Kinerja Spiritual.terjadi, maka akan ada padanan yang serasi antara manusia sebagai subjek dan organisasi sebagai ranah subjek. Salah satu aspek yang sangat penting dalam membawa perusahaan menjadi perusahaan BERKAT (A Built to Bless-Blessing Company) adalah memperdalam dan memperindah (depth and beauty) landasan berbisnis yang berada di atas etika dan moral standar yakni unsur spiritualitas yang bersumber pada tata nilai keimanan yang disebut keyakinan (belief). Etika dan moral hanya berlandasan pengertian baik-buruk dan benar-salah dengan penerapan Good Corporate Governance (GCG). Perusahaan yang Built to Bless, sudah menyentuh aspek yang saya sebut sebagai sisi spiritual yang bersumber kepada Tuhan (God) yang akhirnya menelurkan prinsip baru yang banyak dikenal sebagai God Corporate Governance (GODCG). Oleh karena itu, landasan dari moral, etika, falsafah perusahaan yang akan langgeng karena memiliki sifat transendensi harus berakar pada landasan spiritual sebagai sumber segala kebijakan. Saya yakin, semua Kitab Suci dari semua agama mengajarkan landasan spiritual yang jauh lebih dalam dari landasan mental dan moral. Untuk pedoman berperilaku khususnya dalam dunia bisnis, tidak ada dogmatika yang sangat berbeda.



III. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN.

1.Etika bisnis memegang peranan sangat penting dalam rangka implemetasi GCG. Sedangkan Code of Corporate and Business Conduct merupakan pedoman bagi seluruh karyawan dan para pimpinan perusahaan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari Dan agar mudah disosialisakan kemua karyawan tanpa memandang level jabatan, maka dibuatkan beberapa sepanduk (slogan) dipasanga di tempattempat strategis dilingkungan perusahaan.
2.Gerakan moral : bersih, transparan dan profesional mengandung mengandung nilai moral dan prinsip-prinsip dasar dari GCG yang bersifat universal.
3.Implementasi GCG di perusahaan, harus dijunjung tinggi, karena kemajuanperusahaan, kepercayaan pelanggan, dan profit yang terus meningkat, pangsa pasar terus meluas, merupakan cita-cita bagi setiap perusahaan.
4.Diperlukan integrasi moral yang tinggi dari para Aparat penegak hukum yangmenangani perkara korupsi dan jangan memberikan contoh yang kurang baik,jangan membuat masyarakat tidak lagi percaya terhadap Aparat Penegak Hukum ( Undang-undang No. 20 tahun 2001) tentang Pemberantasn Tindak Pidana Korupsi.
5.Gunakan kriteria bagi perusahaan Built to bless yaitu ada Lima Fase PerubahanPerusahaan dengan Kinerja Spiritual yang tinggi : fase “ BURUK (Bad) MAPAN (Establishes)”, HEBAT (Good to Great)”, “ LANGGENG ( Built to Last) dan BERKAT (Built to Bless = BLESSING)





2. SARAN
1.Untuk implementasi GCG, selain faktor individu, maka tidak kalah pentingnya suatu perusahaan harus mempunyai sistem, SOP (Standard Operation Procedure) pada setiap item pekerjaan.
2.Dari aspek agama , perlunya menekankan kaidah atau norma-norma ajaranagama agar umatnya sensitif dalam menyikapi “ mana yang benar” atau “mana yang tidak benar” dan apa sangsinya jika kita selalu menabrak yang terkait dengan norma-norma agama. Dan sabagai bukti para penghuni Lapas , beberapa tokoh agama ( orang yang mempunyai pemahaman agama yang cukup baik ) ternyata sebagai penghuninya.
3.Karena implementasi GCG sangat dominan ketika para pimpinan perusahaan betul-betul mensuport, memberikan teladan, dan mempunyai komitmen yang kuat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
4.Aparat penegak hukum, harus berani memberikan keyakinan bahwa korupsi bisa diberantas, namun kenyataan banyak para pejabat, profesi dan orang yang mempunyai latar belakang ilmu hukum, ternyata melakukan pelanggaran hukum, hal ini akan berpotensi membuat masyarakat tidak yakin kalau namanya korupsi bisa diberantas.





IV. DAFTAR PUSTAKA

I.Bambang Paulus, 2007, Built to Bless, PT Elex Media Kumputindo, Jakarta Buchholtz and B. Rosenthal, 2002, Business Ethics, Upper Saddle River, N,J Printece Hall.
II.Gayus Lumbuun, 2008, The Challenges of Legal Profession in The Corrupt Sociaety.
III. Indriyanto Seno Adji, 2007, Korupsi Kebijakan Aparatur Negara dan Hukum Pidana, CV Diadit Media , Jakarta.
IVJim Collins, 2001, Good to Great, Why Some Companies make the Leap and Others Don’t Harper Business, An Imprint of Harper Collin, Published.
V.R.Sims, 2003, Ethics and Corporate Social Responsibility-Why Giants Fall, C.T: Greenwood Press.
VI.Tjager, I Nyoman, 2003, Corporate Govermance : Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia, PT .Prenhallindo, Jakarta Undang-undang No. 20, 2001, Pemberantasan Tindak Pindana Korupsi.

Nama : Masriani T, S
Npm : 17209042
kls : 4 EA 02

Kamis, 15 Oktober 2009

Bagaimana Cara Memulai Usaha dengan Modal Dengkul

Bagaimana cara memulai bisnis dengan modal dengkul? Pertanyaan ini banyak diajukan oleh mereka yang ingin sekali membuka usaha tapi tidak memiliki cukup modal. Mungkin juga diajukan oleh orang yang punya modal tapi tidak berani mengambil resiko kehilangan modal. Sehingga dianggapnya bisnis modal dengkul merupakan langkah yang aman.
Enak memang kesannya kalau bisa memulai bisnis tanpa modal. Dalam prakteknya memang banyak yang bisa memulai usaha tanpa modal uang sepeserpun. Contoh paling banyak adalah makelar. Ia hanya perlu mempertemukan orang yang ingin menjual dengan orang yang ingin membeli, kemudian ia akan mendapat komisi. Tapi untuk menjadi makelar yang profesional dengan penghasilan yang bagus apakah hanya cukup dengan modal dengkul? Saya yakin pasti tidak, ia pasti memerlukan modal-modal lainnya.
Ada juga sich yang benar-benar hanya menggunakan dengkulnya yaitu tukang pukul, tukang pikul di pasar, tukang parkir, Pak Ogah, dan sejenisnya. Tapi apakah itu bisnis yang anda inginkan?
Kalau saya pribadi, sebaiknya jangan biasakan berkeinginan untuk memulai bisnis hanya dengan modal dengkul. Hasilnya lebih tidak menentu. Alangkah baiknya kalau kita bisa memanfaatkan modal yang lebih dahsyat yang sudah kita miliki. Bukankah kita punya Otak yang bisa kita manfaatkan untuk memulai usaha.
Daripada menggunakan modal dengkul, hasilnya akan jauh lebih baik kalau kita mau memulai bisnis bermodal otak. Modal dengkul sebentar saja akan lelah dan salah-salah kalau kaki patah, bisnis juga musnah. Kalau bisnis pakai otak, seburuk apapun kondisi bisnisnya bisa dicari siasat yang lebih tepat sehingga bisnis bisa selalu selamat.
Gunakan imajinasi dan pikiran untuk memikirkan cara atau strategi memanfaatkan potensi yang ada untuk memulai usaha. Bukankah dengkul juga dikendalikan oleh otak. Kalau memulai usaha dengan hanya mengandalkan dengkul berarti otak dikendalikan dengkul dong.
Jadi bagi yang ingin segera memulai bisnis, gunakan otak, pikiran, dan imajinasi anda. Temukan jalan yang terbaik untuk memulai. Otak adalah modal paling mahal di dunia. Saya yakin orang-orang sukses pasti lebih banyak menggunakan otaknya daripada dengkulnya. Kecuali otak anda sudah ada di dengkul, silahkan berbisnis dengan dengkul anda.
salam
masriani….^_^

sejarah Koperasi

Koperasi sebagai suatu sistem ekonomi, mempunyai kedudukan (politik) yang cukup kuat karena memiliki cantolan konstitusional, yaitu berpegang pada Pasal 33 UUD 1945, khususnya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa ?Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan?. Dalam Penjelasan UUD 1945 itu dikatakan bahwa bangun usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah Koperasi. Tafsiran itu sering pula dikemukakan oleh Mohammad Hatta, yang sering disebut sebagai perumus pasal tersebut. Pada Penjelasan konstitusi tersebut juga dikatakan, bahwa sistem ekonomi Indonesia didasarkan pada asas Demokrasi Ekonomi, di mana produksi dilakukan oleh semua dan untuk semua yang wujudnya dapat ditafsirkan sebagai Koperasi.Dalam wacana sistem ekonomi dunia, Koperasi disebut juga sebagai the third way, atau ?jalan ketiga?, istilah yang akhir-akhir ini dipopulerkan oleh sosiolog Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai ?jalan tengah? antara kapitalisme dan sosialisme.Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Ia mendirikan Koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. R. Aria Wiriatmadja atau Tirto Adisuryo, yang kemudian dibantu pengembangannya oleh pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi pemerintah. Seorang pejabat pemerintah Belanda, yang kemudian menjadi sarjana ekonomi, Booke, juga menaruh perhatian terhadap Koperasi. Atas dasar tesisnya, tentang dualisme sosial budaya masyarakat Indonesia antara sektor modern dan sektor tradisional, ia berkesimpulan bahwa sistem usaha Koperasi lebih cocok bagi kaum pribumi daripada bentuk badan-badan usaha kapitalis. Pandangan ini agaknya disetujui oleh pemerintah Hindia Belanda sehingga pemerintah kolonial itu mengadopsi kebijakan pembinaan Koperasi.Meski Koperasi tersebut berkembang pesat hingga tahun 1933-an, pemerintah Kolonial Belanda khawatir Koperasi akan dijadikan tempat pusat perlawanan, namun Koperasi menjamur kembali hingga pada masa pendudukan Jepang dan kemerdekaan. Pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan Koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.Bung Hatta meneruskan tradisi pemikiran ekonomi sebelumnya. Ketertarikannya kepada sistem Koperasi agaknya adalah karena pengaruh kunjungannya ke negara-negara Skandinavia, khususnya Denmark, pada akhir tahun 1930-an. Walaupun ia sering mengaitkan Koperasi dengan nilai dan lembaga tradisional gotong-royong, namun persepsinya tentang Koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi modern yang berkembang di Eropa Barat. Ia pernah juga membedakan antara ?Koperasi sosial? yang berdasarkan asas gotong royong, dengan ?Koperasi ekonomi? yang berdasarkan asas-asas ekonomi pasar yang rasional dan kompetitif.Bagi Bung Hatta, Koperasi bukanlah sebuah lembaga yang antipasar atau nonpasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar. Karena itu Koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan prinsip efisiensi. Koperasi juga bukan sebuah komunitas tertutup, tetapi terbuka, dengan melayani non-anggota, walaupun dengan maksud untuk menarik mereka menjadi anggota Koperasi, setelah merasakan manfaat berhubungan dengan Koperasi. Dengan cara itulah sistem Koperasi akan mentransformasikan sistem ekonomi kapitalis yang tidak ramah terhadap pelaku ekonomi kecil melalui persaingan bebas (kompetisi), menjadi sistem yang lebih bersandar kepada kerja sama atau Koperasi, tanpa menghancurkan pasar yang kompetitif itu sendiri.Dewasa ini, di dunia ada dua macam model Koperasi. Pertama, adalah Koperasi yang dibina oleh pemerintah dalam kerangka sistem sosialis. Kedua, adalah Koperasi yang dibiarkan berkembang di pasar oleh masyarakat sendiri, tanpa bantuan pemerintah. Jika badan usaha milik negara merupakan usaha skala besar, maka Koperasi mewadahi usaha-usaha kecil, walaupun jika telah bergabung dalam Koperasi menjadi badan usaha skala besar juga. Di negara-negara kapitalis, baik di Eropa Barat, Amerika Utara dan Australia, Koperasi juga menjadi wadah usaha kecil dan konsumen berpendapatan rendah. Di Jepang, Koperasi telah menjadi wadah perekonomian pedesaan yang berbasis pertanian.Di Indonesia, Bung Hatta sendiri menganjurkan didirikannya tiga macam Koperasi. Pertama, adalah Koperasi konsumsi yang terutama melayani kebutuhan kaum buruh dan pegawai. Kedua, adalah Koperasi produksi yang merupakan wadah kaum petani (termasuk peternak atau nelayan). Ketiga, adalah Koperasi kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna memenuhi kebutuhan modal. Bung Hatta juga menganjurkan pengorganisasian industri kecil dan Koperasi produksi, guna memenuhi kebutuhan bahan baku dan pemasaran hasil.Menurut Bung Hatta, tujuan Koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar-besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tapi, ini tidak berarti, bahwa Koperasi itu identik dengan usaha skala kecil. Koperasi bisa pula membangun usaha skala besar berdasarkan modal yang bisa dikumpulkan dari anggotanya, baik anggota Koperasi primer maupun anggota Koperasi sekunder. Contohnya adalah industri tekstil yang dibangun oleh GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) dan berbagai Koperasi batik primer.Karena kedudukannya yang cukup kuat dalam konstitusi, maka tidak sebuah pemerintahpun berani meninggalkan kebijakan dan program pembinaan Koperasi. Semua partai politik, dari dulu hingga kini, dari Masyumi hingga PKI, mencantumkan Koperasi sebagai program utama. Hanya saja kantor menteri negara dan departemen Koperasi baru lahir di masa Orde Baru pada akhir dasarwarsa 1970-an. Karena itu, gagasan sekarang untuk menghapuskan departemen Koperasi dan pembinaan usaha kecil dan menengah, bukan hal yang mengejutkan, karena sebelum Orde Baru tidak dikenal kantor menteri negara atau departemen Koperasi. Bahkan, kabinet-kabinet yang dipimpin oleh Bung Hatta sendiri pun tidak ada departemen atau menteri negara yang khusus membina Koperasi.
Pasang-surut Koperasi di IndonesiaKoperasi di Indonesia dalam perkembangannya mengalami pasang dan surut. Sebuah pertanyaan sederhana namun membutuhkan jawaban njelimet, terlontar dari seorang peserta. ?Mengapa jarang dijumpai ada Koperasi yang bertumbuh menjadi usaha besar yang menggurita, layaknya pelaku ekonomi lain, yakni swasta (konglomerat) dan BUMN? Mengapa gerakan ini hanya berkutat dari persoalan yang satu ke persoalan lain, dan cenderung stagnan alias berjalan di tempat? Mengapa Koperasi sulit berkembang di tengah ?habitat? alamnya di Indonesia?? Inilah sederet pertanyaan yang perlu dijadikan bahan perenungan.Padahal, upaya pemerintah untuk ?memberdayakan? Koperasi seolah tidak pernah habis. Bahkan, bila dinilai, mungkin amat memanjakan. Berbagai paket program bantuan dari pemerintah seperti kredit program: KKop, Kredit Usaha Tani (KUT), pengalihan saham (satu persen) dari perusahaan besar ke Koperasi, skim program KUK dari bank dan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang merupakan kredit komersial dari perbankan, juga ?paket program? dari Permodalan Nasional Madani (PNM), terus mengalir untuk memberdayakan gerakan ekonomi kerakyatan ini. Tak hanya bantuan program, ada institusi khusus yang menangani di luar Dekopin, yaitu Menteri Negara Urusan Koperasi dan PKM (Pengusaha Kecil Menengah), yang seharusnya memacu gerakan ini untuk terus maju. Namun, kenyataannya, Koperasi masih saja melekat dengan stigma ekonomi marjinal, pelaku bisnis yang perlu dikasihani, pelaku bisnis ?pupuk bawang?, pelaku bisnis tak profesional.Masalah tersebut tidak bisa dilepaskan dari substansi Koperasi yang berhubungan dengan semangat. Dalam konteks ini adalah semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. Jadi, bila Koperasi dianggap kecil, tidak berperan, dan merupakan kumpulan serba lemah, itu terjadi karena adanya pola pikir yang menciptakan demikian.Singkatnya, Koperasi adalah untuk yang kecil-kecil, sementara yang menengah bahkan besar, untuk kalangan swasta dan BUMN. Di sinilah terjadinya penciptaan paradigma yang salah. Hal ini mungkin terjadi akibat gerakan Koperasi terlalu sarat berbagai embel-embel, sehingga ia seperti orang kerdil yang menggendong sekarung beras di pundaknya. Koperasi adalah ?badan usaha?, juga ?perkumpulan orang? termasuk yang ?berwatak sosial?. Definisi yang melekat jadi memberatkan, yakni ?organisasi sosial yang berbisnis? atau ?lembaga ekonomi yang mengemban fungsi sosial.?Berbagai istilah apa pun yang melekat, sama saja, semua memberatkan gerakan Koperasi dalam menjalankan visi dan misi bisnisnya. Mengapa tidak disebut badan usaha misalnya, sama dengan pelaku ekonomi-bisnis lainnya, yakni kalangan swasta dan BUMN, sehingga ketiganya memiliki kedudukan dan potensi sejajar. Padahal, persaingan yang terjadi di lapangan demikian ketat, tak hanya sekadar pembelian embel-embel. Hanya kompetisi ketat semacam itulah yang membuat mereka bisa menjadi pengusaha besar yang tangguh dan profesional. Para pemain ini akan disaring secara alami, mana yang efisien dalam menjalankan bisnis dan mereka yang akan tetap eksis.Koperasi yang selama ini diidentikkan dengan hal-hal yang kecil, pinggiran dan akhirnya menyebabkan fungsinya tidak berjalan optimal. Memang pertumbuhan Koperasi cukup fantastis, di mana di akhir tahun 1999 hanya berjumlah 52.000-an, maka di akhir tahun 2000 sudah mencapai hampir 90.000-an dan di tahun 2007 ini terdapat -------- Koperasi di Indonesia. Namun, dari jumlah yang demikian besar itu, kontribusinya bagi pertumbuhan mesin ekonomi belum terlalu signifikan. Koperasi masih cenderung menempati ekonomi pinggiran (pemasok dan produksi), lebih dari itu, sudah dikuasai swasta dan BUMN. Karena itu, tidak aneh bila kontribusi Koperasi terhadap GDP (gross domestic product) baru sekitar satu sampai dua persen, itu adalah akibat frame of mind yang salah.Di Indonesia, beberapa Koperasi sebenarnya sudah bisa dikatakan memiliki unit usaha besar dan beragam serta tumbuh menjadi raksasa bisnis berskala besar. Beberapa Koperasi telah tumbuh menjadi konglomerat ekonomi Indonesia, yang tentunya tidak kalah jika dibandingkan dengan perusahaan swasta atau BUMN yang sudah menggurita, namun kini banyak yang sakit. Omzet mereka mencapai milyaran rupiah setiap bulan. Konglomerat yang dimaksud di sini memiliki pengertian: Koperasi yang bersangkutan sudah merambah dan menangani berbagai bidang usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak dan merangsek ke berbagai bidang usaha-bisnis komersial.

Nikmati Indahnya Kehidupan Setiap Hari

"Life is not be endured, but to be enjoyed. -
Hidup tidak untuk dipikul, tetapi untuk dinikmati."
Hubert H. Humphrey, mantan wakil presiden & senator Amerika.

Setiap hari adalah hari yang sangat indah dan istimewa, di mana pun
kita berada dan apa pun yang kita kerjakan. Kehidupan sehari-hari
yang indah dan bisa kita nikmati tidak selalu terlihat cantik dan
menyenangkan. Karena kehidupan kita ini adalah sebuah proses, yang
penuh dengan dinamika, ketidakpastian, perubahan, dan pencobaan dalam
bentuk suka maupun duka.

Dikisahkan tentang sebuah fenomena seorang wanita, sebut saja Susi.
Wanita tersebut berlibur bersama suaminya, Hidayat, ke Australia.
Susi sangat tertarik pada sebuah baju yang indah terbuat dari bulu
biri-biri. Ia pun membeli baju tersebut dan merencanakan akan
mengenakan baju itu bila putri sulungnya diwisuda tahun depan. Baju
indah itu pun selalu terbalut plastik dan tergantung rapi di dalam
lemari.

Susi sangat bergairah menunggu saat menghadiri acara wisuda itu.
Tetapi ternyata Ia mengalami kecelakaan 6 bulan sebelumnya. Susi
terluka sangat parah, dan meninggal dunia saat itu juga. Baju indah
itu pun tidak akan pernah dikenakan Susi, dan hari istimewa itu juga
tidak akan pernah ada untuknya.

Kejadian tersebut adalah ilustrasi mengapa kita jangan berhenti dan
memikirkan satu tujuan saja. Karena sebenarnya kita dapat menikmati
setiap detik, menit atau setiap proses perjuangan sebelum berhasil
mencapai tujuan. Saya mempunyai tiga tips sederhana supaya kita dapat
menikmati indahnya kehidupan setiap hari.

Langkah pertama adalah mengerahkan seluruh kemampuan dan kekuatan
kita untuk memilih. Menciptakan pilihan itu sangat penting, karena
apa yang kita hadapi saat ini merupakan hasil dari pilihan kita di
masa yang lalu. "The history of free men is never written by chance,
but by choice. - Sejarah seorang manusia merdeka tidak pernah
tercipta secara kebetulan, melainkan tercipta karena pilihan mereka
sendiri," kata Dwight D. Eisenhower.

Pilihan dan kemauan merupakan anugerah istimewa sebagai manusia. Bila
kita sudah mampu menciptakan pilihan, berarti kita sudah memiliki
kendali terhadap arah kehidupan dan menjadi tanggap akan apa yang
harus kita kerjakan. Ketika kita memilih untuk selalu berpikir dan
bersikap positif dalam memulai dan menyelesaikan tanggung jawab
sehari-hari walau apa pun yang terjadi, berarti kita sudah memilih
hari kita istimewa setiap hari.

Langkah kedua adalah menempatkan prioritas. Untuk itu kita harus
sering-sering bertanya kepada diri sendiri, "Apa yang paling penting
saya kerjakan hari ini? Apa yang harus saya selesaikan hari ini?"
Bila Anda selalu dapat menciptakan dan menjalankan prioritas dengan
baik maka hal itu akan menjamin hari-hari Anda istimewa.

Setelah menempatkan prioritas, pastikan Anda fokus pada hari ini.
Kita memang memerlukan target jangka panjang, tetapi kita harus
berfokus pada hari ini. Selesaikan tugas hari ini hingga tuntas. Jika
Anda berusaha menunda, maka tugas-tugas yang harus Anda selesaikan
akan kian menumpuk dari hari ke hari. Penyelesaikan tugas pada hari
ini maka akan berdampak pada penyelesaian tugas jangka panjang juga.
Dengan melakukan apa yang terbaik pada hari ini, berarti Anda
menjadikan hari ini istimewa.

Selain menggunakan ketiga tips tersebut setiap hari, milikilah rasa
syukur dan kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita temui setiap hari
adalah hadiah ("present") teristimewa dari Tuhan YME. Sebab tidak
semua manusia mendapatkan anugerah kehidupan pada hari yang sedang
kita rasakan saat ini. Lagipula, sebenarnya keindahan dan kenikmatan
hidup hanya ada di dalam hati, tanpa harus dimengerti oleh pikiran
kita. Bila Anda sudah memiliki rasa syukur dan kesadaran tersebut,
maka hari-hari Anda akan jauh lebih menyenangkan.

Bila kehidupan kita saat ini mungkin masih nampak sebagai sesuatu
yang mengecewakan dan tidak sempurna, tidak pernah ada kata terlambat
menjadikan hari-hari kita selalu istimewa dan menyenangkan. "Tidak
pernah terlambat untuk menjadi apa yang mungkin Anda capai," kata
George Elliot. Cobalah untuk melaksanakan langkah-langkah seperti
yang saya uraikan di atas, sekedar untuk memastikan Anda pun bisa
menikmati kehidupan ini setiap hari.

Kedamaian Hati adalah Kedamaian Sejati

Seorang Raja mengadakan sayembara dan akan memberi hadiah yang melimpah
kepada siapa saja yang bisa melukis tentang kedamaian.
Ada banyak seniman dan pelukis berusaha keras untuk memenangkan lomba
tersebut.
Sang Raja berkeliling melihat-lihat hasil karya mereka. Hanya ada dua buah
lukisan yang benar-benar paling disukainya.
Tapi, sang Raja harus memilih satu diantara keduanya.

Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang tenang.
Permukaan telaga yang itu bagaikan cermin sempurna yang mematulkan kedamaian
gunung-gunung yang tenang menjulang mengitarinya.
Di atasnya terpampang langit biru dengan awan putih berarak-arak.
Semua yang memandang lukisan ini akan berpendapat, inilah lukisan terbaik
mengenai kedamaian.

Lukisan kedua menggambarkan pegunungan juga. Namun tampak kasar dan gundul.
Di atasnya terlukis langit yang gelap dan merah menandakan turunnya hujan
badai, sedangkan tampak kilat menyambar-nyambar liar.
Disisi gunung ada air terjun deras yang berbuih-buih, sama sekali tidak
menampakkan ketenangan dan kedamaian.
Tapi, sang raja melihat sesuatu yang menarik, di balik air terjun itu tumbuh
semak-semak kecil diatas sela-sela batu.
Didalam semak-semak itu seekor induk burung pipit meletakkan sarangnya.
Jadi, ditengah-tengah riuh rendahnya air terjun, seekor induk Pipit sedang
mengerami telurnya dengan damai.
Benar-benar damai.

Lukisan manakah yang memenangkan lomba?

Sang Raja memilih lukisan nomor dua.

Tahukah Anda mengapa? karena jawab sang Raja,
"Kedamaian bukan berarti Anda harus berada di tempat yang tanpa keributan,
kesulitan atau pekerjaan yang keras dan sibuk.
Kedamaian adalah hati yang tenang dan damai, meski Anda berada di
tengah-tengah keributan luar biasa."

Cinta kasih dengan keluarga

Cinta Kasih merupakan salah satu hal yang paling penting di dunia ini. Bukankah ada pepatah yang mengatakan bahwa:CINTA KASIH akan membuat dunia ini INDAH. Tanpa Cinta Kasih mustahil Kedamaian Dunia akan terwujud. Tetapi sangat disayangkan bahwa banyak orang yang mengalami ‘Krisis Cinta Kasih’, dan cinta kasih mereka memudar seiring berjalannya waktu.
Mengapa hal ini terjadi ? Karena banyak orang yang tidak mengerti bahwa kunci untuk memiliki cinta Kasih yang tidak pernah pudar adalah justru membagi cinta kasih dengan orang lain, dan bukan hanya menerima. Berikut ini beberapa tips mengenai apa yang dapat kita lakukan dalam membagi cinta Kasih kita dengan orang lain:1. Berikan suatu tanda mata kepada orang yang kita kasihi. Saat kita memberikan hadiah berupa barang, barang tersebut bukan dinilai dari seberapa mahal pemberian tersebut. Suatu barang akan memiliki makna dan nilai lebih bila diberikan dengan hati yang tulus dan keinginan untuk menyenangkan hati orang yang kita kasihi. 2. Berikan kata-kata positif untuk orang lain.
Pada saat kita melihat orang lain berprestasi, jangan ragu-ragu untuk memberikan suatu pujian yang tulus dan ucapan selamat atas prestasi tersebut.
Begitu pula pada saat kita melihat orang lain yang sedang mengalami masalah, belajarlah untuk memberikan kata-kata yang memberikan semangat dan dukungan untuk dia, dan bila memungkinkan membantu dalam memberikan solusi bagi orang tersebut. 3. Memberikan bantuan bila diperlukan. Kita harus memiliki inisiatif untuk mau menawarkan diri untuk siap membantu orang lain. Dengan catatan semua yang menjadi prioritas pekerjaan pribadi kita telah terselesaikan, maka kita dapat menawarkan bantuan kepada orang lain. Beberapa orang akan merasa sangat senang bila mereka mendapatkan bantuan untuk mempercepat penyelesaian dari pekerjaannya, walaupun mereka tidak memintanya. 4. Luangkan waktu untuk orang yang kita kasihi.
Seringkali untuk beberapa orang, meluangkan waktu untuk mereka adalah suatu hal yang sangat penting. Walaupun itu mungkin hanya 1 jam atau 15 menit sekalipun, tapi bila benar-2 dalam waktu tersebut kita benar-2 mencurahkan perhatian kita sepenuhnya kepada orang tersebut.
Maka waktu itu akan menjadi sangat berharga baginya. Selama waktu tersebut, konsentrasikan diri Anda untuk berinteraksi penuh dengan orang yang kita kasihi tersebut, dan jangan memikirkan hal-2 yang lain.
Kebersamaan adalah hal yang sangat penting dan mempunyai arti. 5. Berikan sentuhan fisik bila diperlukan.
Walaupun hanya sekedar berjabat tangan pada saat memberikan ucapan selamat bagi orang yang berprestasi, bila hal tersebut dilakukan dengan tulus, maka sentuhan fisik yang terjadi akan merupakan suatu hal yang sangat berharga baginya. Bila kita sedang berhadapan dengan orang yang kita kasihi, seperti pasangan, anak atau orang tua kita, sentuhan fisik ini dapat memiliki bentuk yang lebih luas, seperti mencium, membelai rambut, merangkul, memberi tepukan lembut di punggung, dsb. Jadi pada dasarnya, kelima hal tersebut di atas hanya dapat dilakukan bila kita tidak menjadi orang yang hanya mementingkan diri sendiri. Kita harus belajar untuk memperhatikan orang lain dan melihat apa yang menjadi kebutuhan mereka, terutama bila orang tersebut adalah orang yang kita kasihi.
Bila kita terus bersikap egois, maka kita tidak akan pernah dapat memberikan cinta kasih dengan tulus, dan dengan sendirinya cinta kasih yang kita terima pun akan cenderung merupakan cinta kasih yang tidak tulus pula.
Mari kita mulai mewarnai dunia ini dengan cinta kasih yang sebenarnya, “Cinta Kasih yang Murni”…agar dunia ini Sempurna Indahnya !.

Cinta kasih dengan keluarga

Cinta Kasih merupakan salah satu hal yang paling penting di dunia ini. Bukankah ada pepatah yang mengatakan bahwa:CINTA KASIH akan membuat dunia ini INDAH. Tanpa Cinta Kasih mustahil Kedamaian Dunia akan terwujud. Tetapi sangat disayangkan bahwa banyak orang yang mengalami ‘Krisis Cinta Kasih’, dan cinta kasih mereka memudar seiring berjalannya waktu.
Mengapa hal ini terjadi ? Karena banyak orang yang tidak mengerti bahwa kunci untuk memiliki cinta Kasih yang tidak pernah pudar adalah justru membagi cinta kasih dengan orang lain, dan bukan hanya menerima. Berikut ini beberapa tips mengenai apa yang dapat kita lakukan dalam membagi cinta Kasih kita dengan orang lain:1. Berikan suatu tanda mata kepada orang yang kita kasihi. Saat kita memberikan hadiah berupa barang, barang tersebut bukan dinilai dari seberapa mahal pemberian tersebut. Suatu barang akan memiliki makna dan nilai lebih bila diberikan dengan hati yang tulus dan keinginan untuk menyenangkan hati orang yang kita kasihi. 2. Berikan kata-kata positif untuk orang lain.
Pada saat kita melihat orang lain berprestasi, jangan ragu-ragu untuk memberikan suatu pujian yang tulus dan ucapan selamat atas prestasi tersebut.
Begitu pula pada saat kita melihat orang lain yang sedang mengalami masalah, belajarlah untuk memberikan kata-kata yang memberikan semangat dan dukungan untuk dia, dan bila memungkinkan membantu dalam memberikan solusi bagi orang tersebut. 3. Memberikan bantuan bila diperlukan. Kita harus memiliki inisiatif untuk mau menawarkan diri untuk siap membantu orang lain. Dengan catatan semua yang menjadi prioritas pekerjaan pribadi kita telah terselesaikan, maka kita dapat menawarkan bantuan kepada orang lain. Beberapa orang akan merasa sangat senang bila mereka mendapatkan bantuan untuk mempercepat penyelesaian dari pekerjaannya, walaupun mereka tidak memintanya. 4. Luangkan waktu untuk orang yang kita kasihi.
Seringkali untuk beberapa orang, meluangkan waktu untuk mereka adalah suatu hal yang sangat penting. Walaupun itu mungkin hanya 1 jam atau 15 menit sekalipun, tapi bila benar-2 dalam waktu tersebut kita benar-2 mencurahkan perhatian kita sepenuhnya kepada orang tersebut.
Maka waktu itu akan menjadi sangat berharga baginya. Selama waktu tersebut, konsentrasikan diri Anda untuk berinteraksi penuh dengan orang yang kita kasihi tersebut, dan jangan memikirkan hal-2 yang lain.
Kebersamaan adalah hal yang sangat penting dan mempunyai arti. 5. Berikan sentuhan fisik bila diperlukan.
Walaupun hanya sekedar berjabat tangan pada saat memberikan ucapan selamat bagi orang yang berprestasi, bila hal tersebut dilakukan dengan tulus, maka sentuhan fisik yang terjadi akan merupakan suatu hal yang sangat berharga baginya. Bila kita sedang berhadapan dengan orang yang kita kasihi, seperti pasangan, anak atau orang tua kita, sentuhan fisik ini dapat memiliki bentuk yang lebih luas, seperti mencium, membelai rambut, merangkul, memberi tepukan lembut di punggung, dsb. Jadi pada dasarnya, kelima hal tersebut di atas hanya dapat dilakukan bila kita tidak menjadi orang yang hanya mementingkan diri sendiri. Kita harus belajar untuk memperhatikan orang lain dan melihat apa yang menjadi kebutuhan mereka, terutama bila orang tersebut adalah orang yang kita kasihi.
Bila kita terus bersikap egois, maka kita tidak akan pernah dapat memberikan cinta kasih dengan tulus, dan dengan sendirinya cinta kasih yang kita terima pun akan cenderung merupakan cinta kasih yang tidak tulus pula.
Mari kita mulai mewarnai dunia ini dengan cinta kasih yang sebenarnya, “Cinta Kasih yang Murni”…agar dunia ini Sempurna Indahnya !.

Kedamaian Hati adalah Kedamaian Sejati

Seorang Raja mengadakan sayembara dan akan memberi hadiah yang melimpah
kepada siapa saja yang bisa melukis tentang kedamaian.
Ada banyak seniman dan pelukis berusaha keras untuk memenangkan lomba
tersebut.
Sang Raja berkeliling melihat-lihat hasil karya mereka. Hanya ada dua buah
lukisan yang benar-benar paling disukainya.
Tapi, sang Raja harus memilih satu diantara keduanya.

Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang tenang.
Permukaan telaga yang itu bagaikan cermin sempurna yang mematulkan kedamaian
gunung-gunung yang tenang menjulang mengitarinya.
Di atasnya terpampang langit biru dengan awan putih berarak-arak.
Semua yang memandang lukisan ini akan berpendapat, inilah lukisan terbaik
mengenai kedamaian.

Lukisan kedua menggambarkan pegunungan juga. Namun tampak kasar dan gundul.
Di atasnya terlukis langit yang gelap dan merah menandakan turunnya hujan
badai, sedangkan tampak kilat menyambar-nyambar liar.
Disisi gunung ada air terjun deras yang berbuih-buih, sama sekali tidak
menampakkan ketenangan dan kedamaian.
Tapi, sang raja melihat sesuatu yang menarik, di balik air terjun itu tumbuh
semak-semak kecil diatas sela-sela batu.
Didalam semak-semak itu seekor induk burung pipit meletakkan sarangnya.
Jadi, ditengah-tengah riuh rendahnya air terjun, seekor induk Pipit sedang
mengerami telurnya dengan damai.
Benar-benar damai.

Lukisan manakah yang memenangkan lomba?

Sang Raja memilih lukisan nomor dua.

Tahukah Anda mengapa? karena jawab sang Raja,
"Kedamaian bukan berarti Anda harus berada di tempat yang tanpa keributan,
kesulitan atau pekerjaan yang keras dan sibuk.
Kedamaian adalah hati yang tenang dan damai, meski Anda berada di
tengah-tengah keributan luar biasa."

Yg 333

Nikmati Indahnya Kehidupan Setiap Hari

"Life is not be endured, but to be enjoyed. -
Hidup tidak untuk dipikul, tetapi untuk dinikmati."
Hubert H. Humphrey, mantan wakil presiden & senator Amerika.

Setiap hari adalah hari yang sangat indah dan istimewa, di mana pun
kita berada dan apa pun yang kita kerjakan. Kehidupan sehari-hari
yang indah dan bisa kita nikmati tidak selalu terlihat cantik dan
menyenangkan. Karena kehidupan kita ini adalah sebuah proses, yang
penuh dengan dinamika, ketidakpastian, perubahan, dan pencobaan dalam
bentuk suka maupun duka.

Dikisahkan tentang sebuah fenomena seorang wanita, sebut saja Susi.
Wanita tersebut berlibur bersama suaminya, Hidayat, ke Australia.
Susi sangat tertarik pada sebuah baju yang indah terbuat dari bulu
biri-biri. Ia pun membeli baju tersebut dan merencanakan akan
mengenakan baju itu bila putri sulungnya diwisuda tahun depan. Baju
indah itu pun selalu terbalut plastik dan tergantung rapi di dalam
lemari.

Susi sangat bergairah menunggu saat menghadiri acara wisuda itu.
Tetapi ternyata Ia mengalami kecelakaan 6 bulan sebelumnya. Susi
terluka sangat parah, dan meninggal dunia saat itu juga. Baju indah
itu pun tidak akan pernah dikenakan Susi, dan hari istimewa itu juga
tidak akan pernah ada untuknya.

Kejadian tersebut adalah ilustrasi mengapa kita jangan berhenti dan
memikirkan satu tujuan saja. Karena sebenarnya kita dapat menikmati
setiap detik, menit atau setiap proses perjuangan sebelum berhasil
mencapai tujuan. Saya mempunyai tiga tips sederhana supaya kita dapat
menikmati indahnya kehidupan setiap hari.

Langkah pertama adalah mengerahkan seluruh kemampuan dan kekuatan
kita untuk memilih. Menciptakan pilihan itu sangat penting, karena
apa yang kita hadapi saat ini merupakan hasil dari pilihan kita di
masa yang lalu. "The history of free men is never written by chance,
but by choice. - Sejarah seorang manusia merdeka tidak pernah
tercipta secara kebetulan, melainkan tercipta karena pilihan mereka
sendiri," kata Dwight D. Eisenhower.

Pilihan dan kemauan merupakan anugerah istimewa sebagai manusia. Bila
kita sudah mampu menciptakan pilihan, berarti kita sudah memiliki
kendali terhadap arah kehidupan dan menjadi tanggap akan apa yang
harus kita kerjakan. Ketika kita memilih untuk selalu berpikir dan
bersikap positif dalam memulai dan menyelesaikan tanggung jawab
sehari-hari walau apa pun yang terjadi, berarti kita sudah memilih
hari kita istimewa setiap hari.

Langkah kedua adalah menempatkan prioritas. Untuk itu kita harus
sering-sering bertanya kepada diri sendiri, "Apa yang paling penting
saya kerjakan hari ini? Apa yang harus saya selesaikan hari ini?"
Bila Anda selalu dapat menciptakan dan menjalankan prioritas dengan
baik maka hal itu akan menjamin hari-hari Anda istimewa.

Setelah menempatkan prioritas, pastikan Anda fokus pada hari ini.
Kita memang memerlukan target jangka panjang, tetapi kita harus
berfokus pada hari ini. Selesaikan tugas hari ini hingga tuntas. Jika
Anda berusaha menunda, maka tugas-tugas yang harus Anda selesaikan
akan kian menumpuk dari hari ke hari. Penyelesaikan tugas pada hari
ini maka akan berdampak pada penyelesaian tugas jangka panjang juga.
Dengan melakukan apa yang terbaik pada hari ini, berarti Anda
menjadikan hari ini istimewa.

Selain menggunakan ketiga tips tersebut setiap hari, milikilah rasa
syukur dan kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita temui setiap hari
adalah hadiah ("present") teristimewa dari Tuhan YME. Sebab tidak
semua manusia mendapatkan anugerah kehidupan pada hari yang sedang
kita rasakan saat ini. Lagipula, sebenarnya keindahan dan kenikmatan
hidup hanya ada di dalam hati, tanpa harus dimengerti oleh pikiran
kita. Bila Anda sudah memiliki rasa syukur dan kesadaran tersebut,
maka hari-hari Anda akan jauh lebih menyenangkan.

Bila kehidupan kita saat ini mungkin masih nampak sebagai sesuatu
yang mengecewakan dan tidak sempurna, tidak pernah ada kata terlambat
menjadikan hari-hari kita selalu istimewa dan menyenangkan. "Tidak
pernah terlambat untuk menjadi apa yang mungkin Anda capai," kata
George Elliot. Cobalah untuk melaksanakan langkah-langkah seperti
yang saya uraikan di atas, sekedar untuk memastikan Anda pun bisa
menikmati kehidupan ini setiap hari.

Selasa, 06 Oktober 2009

MONEY GAME BERMUNCULAN

Tugas Etika Bisnis

Money Game Bermunculan

1. Tidak setuju dengan bisnis money game yang berkembang di Indonesia, karena bisnis money game hanya menguntungkan pada anggota yang bergabung di awal pendirian awal usaha money game tersebut, lagi pula bisnis money game banyak atau tidak memiliki Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL). Sehingga akan menimbulkan dampak negative bagi anggota yang tergabung dalam bisnis tersebut.

2. Menurut Helmy Attamimi, ketua Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI ) mengatakan organisasi berupaya melaporkan kepada Depdag jika ada usaha MLM yang disalahgunakan sebagai bisnis money game. MLM adalah bisnis yang usaha dan jaringan dibawahnya. Sedangkan money game biasanya kalaupun ada produk yang dijual, tetapi sebatas kamuflase.

3. Mengapa bisnis money game bisa tumbuh subur di Indonesia. Karena bisnis tersebut menghasilkan keuntungan yang besar. Sehingga banyak masyarakat yang tertarik bergabung di bisnis money game tersebut.

4. Seharusnya bisnis money game ini dilarang. Karena, dari sudut bisnis sebagai profesi yang luhur hal ini tidaklah sesuai. Bisnis haruslah dijalankan secara jujur, dan nyata. Sedangkan bisnis money game kalaupun ada produk yang diperjualbelikan., hanyalah sebatas kamuflase. Selain itu, bisnis ini memiliki dampak negative yang ditimbulkan. Yaitu, hanya mengutungkan pada anggota yang bergabung di awal pendirian usaha itu.

5. Prinsip etika bisnis’ what is legal is ethical menurut pandangan kami, dalam memulai suatu bisnis haruslah mengantungi legalitas. Atau, memiliki surat izin usaha penjualan langsung ( SIUPL ). Sehingga, jika bisnis sudah mengatungi izin atau legalitas maka bisnis tersebut etis. Karena, sudah delegalkan oleh Departement Perdagangan.